Preparing Human Capital for Business Recovery
Prospek ekonomi Indonesia di tahun 2022 diprediksi memberikan sinyal positif dan cerah. Data BPS menunjukkan bahwa angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 tumbuh 3,69% dibandingkan tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 2,07%.
Meskipun di awal tahun sempat mendapat tantangan kehadiran varian baru Omicron, namun penyebaran varian Omicron mulai dapat dikendalikan. Tren peningkatan kasus Covid 19 mulai melandai.
Angka vaksinasi Indonesia juga sangat baik. Berdasarkan data yang dilansir katadata.co.id, angka vaksin dosis 1 telah mencapai 94,91%. Sementara dosis 2 telah mencapai 77,67%. Saat ini juga pemerintah sedang gencar mendorong vaksin booster dosis 3.
Hal ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi dunia usaha. Bisnis mulai bergeliat. Kantor-kantor mulai kembali dipenuhi oleh karyawan yang WFO. Optimisme akan kebangkitan ekonomi dan bisnis mulai tumbuh.
Di tengah geliat ekonomi dan bisnis yang terus bertumbuh maka manajemen perusahaan perlu menyiapkan sumber daya manusia yang dimilikinya untuk menyambut dan mengambil momentum kebangkitan.
Sumber daya manusia sebagai ujung tombak dalam mengeksekusi setiap arahan dan strategi perusahaan perlu dipersiapkan agar mereka dapat bekerja dengan optimal dan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Untuk bisa memastikan SDM perusahaan berkontribusi optimal, beberapa aspek penting yang harus menjadi perhatian perusahaan dalam menyiapkan SDM dalam rangka pemulihan bisnis di Era Post Pandemi adalah sebagai berikut:
1.Kesehatan dan Keamanan Lingkungan Kerja
Saat ini, kepedulian orang akan kesehatan sangat tinggi jauh melebihi sebelum masa pandemi. SDM perusahaan perlu diberikan dukungan dalam masa transisi ini. Mereka perlu difasilitasi untuk bekerja di lingkungan yang aman dan sehat. Meskipun Covid 19 melandai, namun tidak ada yang bisa memastikan bahwa Covid 19 benar-benar sudah hilang.
Perusahaan perlu mengatur cara atau pola kerja yang menjamin karyawan merasa terlindungi kesehatannya (wellness). Perusahan juga perlu menata atau mendesain ruang kerja dan mengatur aktivitas operasional dengan mempertimbangkan aspek kesehatan dan keamanan secara serius.
Perusahaan yang menerapkan WFO harus memiliki standar atau pedoman bekerja di kantor dan terus meng-update aturan sesuai dengan kondisi atau situasi terbaru. Hal ini terus dilakukan sampai benar-benar ada update informasi dari pihak berwenang bahwa Covid 19 benar-benar hilang dan pandemi berakhir. Setiap ada perubahan baik aturan maupun prosedur, perusahaan sigap untuk menyosialisasikan kepada karyawan sampai mereka benar-benar memahaminya.
Dilihat dari aspek yang lebih luas bahwa kesehatan tidak hanya diukur dari aspek fisik, namun ada aspek lain yang penting diperhatikan seperti rumusan kesehatan WHO, di mana sehat dimaknai keadaan sempurna secara fisik, mental, dan sosial serta tidak terbatas hanya pada terbebas dari penyakit/cacat.
Di masa pandemi, banyak karyawan yang mengalami stres bahkan sampai kelelahan (burn out). Pola kerja dari rumah (WFH) ternyata membuat karyawan susah mengatur keseimbangan kerja dan hidup. Jam kerja makin panjang, tugas dirasa seperti tidak pernah ada habis-habisnya dan tak jarang waktu-waktu libur dipakai kerja.
Bekerja dari rumah secara virtual juga berdampak pada minimnya interaksi dengan karyawan lain yang membuat karyawan merasa terisolasi dan kurang bergairah. Berdampak pula pada menurunnya koneksi dengan arah dan tujuan organisasi yang membuat karyawan menurun semangat dan energinya.
Ke depan, pola kerja WFH atau bahkan WFA (Work From Anywhere) diprediksi akan tetap menjadi tren yang bisa berlanjut pasca pandemi. Namun menjadi tantangan bagi perusahan untuk mencari cara-cara efektif dalam menciptakan lingkungan kerja (offline dan online) yang mampu menjaga kesehatan karyawan baik fisik, mental, dan sosial.
2.Peningkatan teknologi
Di masa mendatang, teknologi masih menjadi driver utama perubahan ekosistem bisnis. Teknologi juga menjadi pendorong efisiensi dan inovasi perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk terus melakukan percepatan digitalisasi yang mempermudah proses yang mendukung cara kerja baik offline maupun online.
Dalam laporannya, Delloit University Press mengatakan bahwa kecepatan perubahan teknologi mengalahkan kecepatan perubahan individu manusia, bisnis dan pemerintahan. Hukum Moore menyebutkan bahwa kecepatan perubahan teknologi terjadi secara eksponensial, di mana dalam 24 bulan dapat meningkat 2x lipat.
Teknologi mampu menjadi faktor pendorong dan pengungkit perusahaan untuk bertumbuh. Sudah menjadi kebutuhan bagi perusahaan untuk mulai melakukan transformasi digital baik bersifat komprehensif maupun parsial sesuai kondisi dan kebutuhan. Teknologi sudah menjadi CSF (Critical Succes factor) bagi perusahaan jika mau bertahan dalam persaingan di era yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian (disruptive).
Transformasi digital penting juga dilakukan pada area pengelolaan SDM. Teknologi SDM dapat menyempurnakan dan menambah nilai praktik pengelolaan SDM perusahaan. Bantuan teknologi menjadikan layanan SDM menjadi lebih efisien, inovatif, tepat guna dan berdampak pada sasaran bisnis.
Dalam prosesnya, pengembangan teknologi yang digunakan harus mempertimbangkan kemudahan penggunaan dan keamanan. Pemilihan teknologi juga tidak harus terlihat canggih, kompleks dan berbiaya mahal. Terkadang dengan menggunakan aplikasi Google Sheet saja, sangat membantu proses kerja dan kolaborasi dalam tim. Aplikasinya familiar, sederhana, mudah digunakan dan murah.
3.Mendorong produktifitas
Apa pun kebijakan pola kerja yang diambil perusahaan tentunya harus mendorong produktifitas. Tentu selama pandemi terutama karena harus bekerja secara virtual ada pergeseran dalam melihat produktifitas. Sebagai contoh, jika dulu orang dikatakan bekerja saat hadir di kantor dan melakukan aktifitas pekerjaannya, sekarang yang dilihat dan diukur lebih kepada hasil pekerjaannya atau result based oriented.
Kemudian kesejahteraan karyawan sebagai pendorong produktifitas dilihat lebih komprehensif baik dari segi fisik, mental, dan sosial. Perusahan didorong meningkatkan kinerja karyawan tanpa harus mengorbankan kesejahteraan karyawan.
Hal penting lain yang dapat dilihat sebagai pendorong produktifitas karyawan adalah kecepatan dalam beradaptasi terhadap perubahan dan kemampuannya mengembangkan inovasi untuk merespons atau mengantisipasi perubahan.
Gartner dalam laporannya Top 5 Priorities for HR Leaders in 2022 merumuskan 3 komponen utama yang harus diperhatikan perusahaan dalam mendorong produktifitas karyawan. Tiga komponen ini jika berhasil dipenuhi akan menghasilkan karyawan-karyawan yang memiliki ketangguhan (resilience).
Pertama, Healthy Employess meliputi kesejahteraan fisik, finansial, keseimbangan hidup-kerja, tingkat stres dan tingkat kelelahan.
Kedua, Healthy Relationship meliputi faktor kepercayaan dalam tim, kualitas hubungan manajer dan karyawan, kepercayaan dalam kepemimpinan, keamanan psikologis dan kolaborasi.
Dan Ketiga, Healthy Work Environment meliputi upaya menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi, rensponsif, kesempatan untuk berkembang, penerimaan terhadap perubahan, keterbukaan terhadap keberagaman.
4.Pengembangan kompetensi
Salah satu tantangan besar yang terjadi akibat adanya digital disruptive dan pandemi Covid 19 adalah banyaknya pekerjaan hilang karena tidak dibutuhkan lagi oleh perusahaan, atau pekerjaan tersebut mungkin masih ada, namun dilakukan secara berbeda sehingga membutuhkan keterampilan yang berbeda.
Maka pengembangan kompetensi menjadi krusial dan perlu menjadi prioritas untuk dilakukan perusahaan. Yang demikian agar kompetensi yang dimiliki karyawan selalu relevan dengan kondisi dan tantangan pekerjaan yang dihadapinya.
Temuan riset Manajemen Outlook PPM Manajemen 2021 menemukan bahwa pengembangan kompetensi SDM merupakan aspek pertama yang perlu ditingkatkan agar menjadi keunggulan daya saing perusahaan. Sebesar 64,4% pimpinan perusahaan memilih pengembangan kompetensi menjadi prioritas pertama untuk dilakukan.
Demikian juga Gartner dalam laporannya Top 5 Priorities for HR Leaders in 2022 menghasilkan temuan yang mirip dimana 59% HR leaders memprioritaskan untuk membangun keterampilan dan kompetensi kritis bagi karyawannya. Dan ini menjadi prioritas utama dibandingkan dengan upaya-upaya lain.
Dalam upaya mengembangkan kompetensi, maka perusahaan harus memahami dan memetakan peran mana yang masih penting dan dibutuhkan perusahaan. Selanjutnya perusahaan dapat mengidentifikasi keterampilan yang paling dibutuhkan untuk mengerjakan peran-peran tersebut. Kemudian perusahaan dapat melakukan reskilling dan upskilling untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi karyawan.
5.Mengelola perubahan
Perubahan adalah kata yang sering kita dengar dan rasakan saat ini terutama dalam dua tahun terakhir. Dengan dua driver utama perubahan, yakni perkembangan cepat teknologi dan pandemi Covid 19 yang belum jelas kapan berakhirnya, bisa dipastikan beberapa waktu ke depan masih banyak perubahan tak terduga yang bisa terjadi.
Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk mengelola perubahan dengan baik. Perubahan dibutuhkan oleh perusahaan agar tetap bisa bertahan dan bertumbuh menghadapi tantangan yang ada. Dalam menghadapi perubahan perusahaan sebaiknya tidak hanya bergerak secara reaktif namun bisa proaktif dan antisipatif.
Dukungan dari unit SDM sangat dibutuhkan dalam mengelola perubahan. Riset DDI menemukan tiga peran yang dapat dijalankan oleh unit SDM, yaitu sebagai reactors, partners, atau anticipators.
Di tengah perubahan yang serba cepat, maka peran yang dapat dijalankan unit SDM bisa bergerak dari peran yang hanya merespons ketika diminta (reactors) kepada peran yang lebih kolaboratif (partner). Lebih bagus lagi jika unit SDM bisa berperan sebagai anticipators, di mana mereka mampu memprediksi perubahan di masa depan dan memberikan solusi-solusi terkait pengelolaan karyawan yang lebih tepat dan menyiapkan SDM unggul yang siap mengisi pos-pos penting di masa depan.
Cahaya kebangkitan bisnis sudah menyingsing, siapkah perusahaan Anda mengambil momentum ini? Selamat Mencoba!
*Tulisan ini dimuat di SWA Online