Obat Anti Gundah Berlabel Manajemen Risiko
Hingga saat ini, pertanyaan tentang mengapa perusahaan dengan tingkat maturitas kesadaran risiko yang cukup tinggi masih juga tak luput dari risiko kebangkrutan seakan tak dapat dijawab dengan pasti. Berbagai studi di bidang manajemen risiko pun dilakukan untuk menemukan jawaban yang pasti akan hal itu. Apakah nilai tinggi itu diperoleh sekadar dari rangkaian proses pemenuhan administratif, atau ada yang salah dengan alat ukur tingkat maturitas risiko itu sendiri.
Tanpa berusaha untuk menambah keriuhan yang ada, artikel kali ini mengajak kita semua untuk kembali pada konsep dasar manajemen risiko, seraya melihat potensi efektivitasnya dalam menyiapkan segala sesuatu sejak dini agar perusahaan terhindar dari potensi kerugian.
Ada dua kontekstual risiko yang perlu dipahami bersama. Pertama, bahwa manajemen risiko sejatinya bersifat prediktif. Mekanisme manajemen risiko dibangun di suatu organisasi atau entitas bisnis dengan tujuan agar setiap lini manajemen lebih waspada dan siap dalam menghadapi potensi munculnya kejadian-kejadian yang akan merugikan organisasi.
Makna kata prediktif yang terselip pada sifat dasar dari manajemen risiko ini pada praktiknya membawa manajemen untuk terus mempelajari setiap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Contoh sederhananya adalah ketika perusahaan dihadapkan pada waktu jatuh tempo pelunasan utang dalam mata uang USD. Mau tak mau manajemen akan mencermati aksi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD, jangan sampai Rupiah melemah jauh di bawah nilai kurs saat utang diterbitkan di masa lalu. Sebab setiap pelemahan Rupiah di atas nilai kurs awal berarti kerugian yang cukup besar bagi perusahaan.
Secara naluriah, manajemen akan mulai mencoba untuk melakukan proyeksi nilai tukar Rupiah, atau mencari informasi estimasi nilai tukar Rupiah dalam beberapa minggu ke depan. Ini semua dilakukan agar manajemen dapat mencukupkan kebutuhan USD-nya pada nilai yang pas, yang akan menghindarkannya dari kerugian. Naluri itu kita kenal dengan manajemen risiko.
Kedua, suatu pengelolaan risiko selalu didasarkan pada pengetahuan akan risiko itu sendiri. Jika sebuah kejadian tidak teridentifikasi sebagai risiko, maka secara otomatis manajemen akan teralihkan pandangannya, alias tidak akan memperlakukan kejadian itu sebagai sebuah risiko. Di sinilah arti penting sebuah pengalaman.
Pengalaman ini dapat bersumber dari internal perusahaan, di mana suatu kejadian yang merugikan itu pernah terjadi di masa lalu dan menjadi pembelajaran yang sangat baik bagi semua lini manajemen. Pengalaman juga dapat bersumber dari eksternal perusahaan yang kemudian menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi lini manajemen di internal perusahaan kita. Di sinilah kepekaan manajemen untuk melihat setiap kejadian di pesaing, atau lingkungan bisnisnya sebagai sebuah pembelajaran berharga dari sisi manajemen risiko. Tak jarang bahkan unit intelijen bisnis selalu menempatkan potensi kerugian dalam fokus utamanya.
Sebagai pengurus perusahaan, pengambilan keputusan kiranya menjadi pekerjaan rumah yang sangat krusial. Kesulitan pun kian bertambah karena sang pengambil keputusan tidak dibekali dengan informasi lengkap terkait kondisi yang akan terjadi di masa depan. Tak jarang kegundahan sering menghantui di saat-saat seperti ini. Padahal semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka tingkat ketidakpastian akan semakin tinggi. Pada titik ini tingkat bias dari keputusan yang diambil akan menjadi semakin besar.
Studi yang dilakukan pada 100 pimpinan puncak perusahaan yang dipilih dari Fortune 500 menunjukkan bahwa kehadiran manajemen risiko pada kondisi tersebut mutlak diperlukan. Manajemen risiko difungsikan sebagai sebuah budaya yang mengingatkan setiap pengambil keputusan untuk selalu waspada dan mawas diri, memahami bahwa setiap putusan yang akan diambil merupakan coretan sejarah baik bagi perusahaan/organisasi maupun lingkungannya. Selanjutnya sejarah itulah yang akan dicermati oleh generasi-generasi berikutnya.
Kita semua kiranya tidak pernah berharap bahwa keputusan yang diambil saat ini akan menorehkan hal negatif dalam lembaran sejarah yang akan dicermati anak cucu kita. Oleh karenanya, sebelum semakin gundah dalam mengambil keputusan, ada baiknya kita menerapkan tahapan manajemen risiko. Dimulai dari identifikasi risiko, analisa dan evaluasi risiko, serta ditutup dengan menyusun langkah-langkah responsif jika risiko-risiko itu benar-benar terjadi. Semakin kita tanggap, semakin jauh potensi kerugian itu tiba.
Selamat berefleksi, sukses senantiasa menyertai Anda!
*Tulisan ini dimuat di SWA Online