Menjadi Followers yang Tangkas
Kata tangkas atau agile seringkali dikaitkan dengan kata pemimpin (leaders). Banyak tulisan yang membahas bagaimana seorang pemimpin dituntut tangkas dalam menghadapi masalah-masalah organisasinya.
Tangkas sendiri dalam kamus didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengubah posisi tubuh dengan cepat dan memerlukan integrasi keterampilan gerakan yang terisolasi dengan menggunakan kombinasi keseimbangan, koordinasi, kecepatan, refleks, kekuatan, dan daya tahan. Adapun pemimpin yang tangkas biasanya dijelaskan sebagai seseorang yang mampu merespons dengan cepat perubahan yang terjadi dan berdampak pada organisasi dalam rangka mendapatkan peluang dan manfaat dari perubahan tersebut dan pada akhirnya organisasi dapat menciptakan terobosan untuk tetap produktif dan unggul.
Namun pemimpin yang tangkas saja belum cukup untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Dalam beberapa kesempatan, penulis banyak berdiskusi dengan para manajer dari berbagai organisasi mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat berpengaruh terhadap kinerja seorang pemimpin. Satu faktor yang banyak muncul dalam diskusi ini adalah faktor kemampuan dari followers atau pengikut dalam mengekor derap langkah pemimpinnya.
Hal ini sesuai dengan yang dibahas dalam teori kontingensi kepemimpinan, bahwa keselarasan antara pemimpin dan pengikut merupakan satu dari tiga faktor yang menentukan kinerja pemimpin. Bahkan lebih jauh lagi Schindler (2015), seorang penulis buku bertema kepengikutan (followership) menjelaskan bahwa pemimpin hanya berkontribusi tidak lebih dari 20% dari pencapaian kesuksesan dari organisasi, para pengikutlah yang berkontribusi selebihnya. Pada intinya hubungan antara pemimpin dan pengikut adalah hubungan timbal balik yang dinamis menghasilkan suatu sinergi.
Sayangnya, selama ini kita lebih berfokus pada bagaimana membangun pemimpin yang tangkas, namun mengabaikan kenyataan bahwa pemimpin yang tangkas juga memerlukan pengikut yang tangkas. Bahkan berdasarkan penelusuran referensi yang dilakukan penulis, definisi pengikut yang tangkas belum dijelaskan dengan spesifik.
Oleh karena itu penulis melakukan pendekatan dari konsep pengikut efektif yang dijelaskan oleh Kelley (1992) dan Chaleff (2003) untuk menjelaskan pengikut yang tangkas. Jika dikaitkan dengan istilah tangkas yang sudah disampaikan di awal tulisan maka dapat dijelaskan bahwa pengikut yang tangkas adalah seorang yang mampu bersinergi dengan pemimpinnya secara cepat dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi dan berdampak pada organisasi dalam rangka mendapatkan peluang dan manfaat dari perubahan tersebut.
Berdasarkan tulisan Kelley dan Chaleff dapat disampaikan karakteristik dari pengikut yang tangkas adalah sebagai berikut, pertama, mereka memahami dan berkomitmen untuk visi, tujuan, nilai-nilai dari organisasi dan individu di luar diri mereka sendiri, termasuk dalam hal ini adalah pemimpinnya. Kedua, mereka senantiasa membangun kompetensi dan memfokuskan upaya untuk kinerja yang efektif.
Ketiga, pengikut aktif terlibat dalam menciptakan energi positif bagi organisasi. Lalu yang keempat, mereka senantiasa berpikir kritis untuk mencari potensi peluang mengembangkan organisasinya. Kelima, mereka mampu bekerja sama dengan pemimpin dengan tujuan untuk kemanfaatan organisasi. Konsep kerjasama yang disampaikan mengarah pada membangun sinergitas.
Keenam, ditambahkan oleh Carsten et al (2010), bahwa pengikut yang efektif juga harus memiliki kemampuan untuk memengaruhi dan memberikan masukan positif untuk pemimpin dalam hal pencapaian tujuan organisasi yang lebih baik (upward influences). Pengikut dituntut untuk tidak langsung mengkuti apa yang menjadi arahan pemimpin. Pengikut perlu mengevaluasi seberapa efektif suatu arahan, jika dirasakan ada hal yang perlu disempurnakan maka menjadi peran pengikut untuk memberikan alternatif yang konstruktif.
Ketujuh, mampu bekerja sama dengan baik dalam tim dengan berkolaborasi, berbagi penghargaan, dan bertindak secara bertanggung jawab terhadap orang lain. Kedelapan, aktif berpartisipasi dalam proses transformasi, memperjuangkan kebutuhan akan perubahan dan bersedia untuk tetap berada di jalur sambil berjuang mengatasi tantangan perubahan.
Harapannya, jika karakteristik ini menjadi perilaku yang dilakukan secara terus menerus maka perubahan dalam organisasi akan berjalan baik dan efektif.
*Tulisan ini dimuat di SWA Online