Latar Belakang Pentingnya Sustainability bagi Perusahaan
Fokus untuk memikirkan keuntungan saja tidak akan cukup untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan (sustain). Ini karena pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan industri pendukungnya, artinya diperlukan juga pertumbuhan kebutuhan kawasan industri pendukungnya dan juga meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat dan tenaga kerja. Alhasil kebutuhan sumber daya dan energi terus naik. Kebutuhan energi yang meningkat berarti semakin besar eksplorasi dan konsumsi sumber daya alam terbarukan dan tak terbarukan.
Secara garis besar, berikut adalah beberapa kunci penggerak yang mendorong penerapan prinsip sustainability:
- Menjaga hubungan baik dengan komunitasnya.
Tujuannya adalah mewujudkan kewajiban moral, sehingga menciptakan nama baik perusahaan dan mendukung kelancaran proses supply chain.
- Kepedulian akan Lingkungan Hidup.
Masyarakat semakin peduli dengan kondisi lingkungan hidup, daya dukung alam untuk menopang kehidupan, serta keberlanjutan (sustainability) pembangunan bagi generasi mendatang.
- Tuntutan konsumen.
Konsumen semakin sadar akan dampak dari konsumsi mereka terhadap perusakan lingkungan hidup. Perusahaan pun semakin banyak yang mempromosikan produk yang mendukung sustainability.
- Memenuhi persyaratan new market entry (masuk ke pasar yang baru), misalnya sebagai dampak dari globalisasi.
Dengan keberhasilan mencapai industry standard dari produk yang dijual, perusahaan berpotensi besar memenangkan persaingan. Selain itu, perusahaan dituntut untuk memenuhi standar sustainable yang sudah diterapkan oleh supplier dan perusahaan rekanan di dalam jaringan supply chain yang tersebar di berbagai negara.
- Meminimalkan risiko bisnis.
Mengefisienkan konsumsi energi dan material yang berdampak pada penurunan biaya produksi, mengurangi waste yang mengefisienkan proses dalam jangka panjang, dan meningkatkan daur ulang material sehingga mengurangi polusi sekaligus berpotensi mengurangi biaya produksi.
- Membuka lapangan kerja di sektor yang baru.
Munculnya proses bisnis daur ulang (recycle), pengolahan kembali material, dan proses return di dalam jaringan logistik, membutuhkan tenaga kerja dengan kompetensinya sendiri.
Baca Juga
- Menjadi Pemimpin Berpengaruh dengan Gaya Kepemimpinan Coaching
- Belajar Kepemimpinan dari Serial Ted Lasso
Namun, pertumbuhan ekonomi di perkotaan dan kawasan industri berarti menarik semakin banyak orang pindah ke kota (urbanisasi) dan kawasan industri sebagai titik pusat pertumbuhan ekonomi (center of gravity) yang mana dalam keilmuan logistik dan supply chain sebenarnya mendorong pemusatan kegiatan perekonomian pada “lokasi terbaik”.
Artinya, titik produksi, distribusi, dan konsumsi, yang paling ekonomis sekaligus berarti lokasi yang paling banyak membutuhkan energi dan material, serta sebagai lokasi yang paling banyak membuang energi dan material tidak terpakai atau habis pakai (yang nilai ekonomisnya dianggap sudah tidak ada), masyarakat desa menerima sedikit saja dampak pembangunan industri ini. Dengan kata lain distribusi kesejahteraan tidak merata.
Di sisi lain, eksplorasi alam yang lebih cepat dari perbaikan alam mengakibatkan kondisi lingkungan semakin buruk (Ilustrasi 1). Maka dari itu, isu sustainability menjadi isu yang menarik.
Dari Ilustrasi 1. pada grafik Population, tingkat kelahiran penduduk pada periode 1990-2030 melebihi tingkat kematian yang artinya terjadi pertumbuhan jumlah penduduk (birth rate). Pertumbuhan penduduk mendorong pertumbuhan ekonomi (grafik economy) yang terlihat dari peningkatan industrial output per capita, sehingga mengakibatkan peningkatan konsumsi makanan (food per capita). Dampaknya adalah pada kolom environment terlihat bahwa peningkatan jumlah penduduk (dan konsumsinya) akan menurunkan ketersediaan resources (sumber daya alam pendukung konsumsi).
Pada akhirnya, dampak negatif dari kegiatan perusahaan terhadap lingkungan akan menurunkan kualitas (degradasi) dari alam yang sebenarnya berperan dalam menyediakan bahan mentah (raw material) bagi perusahaan itu sendiri.
Contoh dampak negatif ini adalah; berkurangnya luas hutan, kerusakan biota laut, perubahan iklim, dan berbagai pencemaran alam karena kegiatan perindustrian. Pada sisi upstream misalnya perusahaan Nestle yang mana salah satu pemasok (supplier) dari minyak kelapa sawitnya terbukti menimbukan rainforest (Skapinker, 2010).
*Tulisan ini dimuat di BUMN Track Online