Kunci Sukses Memimpin di Era Post Pandemic
Kabar bahagia menyapa masyarakat Indonesia memasuki kuartal dua 2022. Hadirnya varian Omicron di awal tahun yang membuat kasus Covid 19 sempat memuncak, kini dapat tertangani dengan baik.
Pemerintah dengan dukungan berbagai pihak dan masyarakat mampu menekan dan mengendalikan pergerakan kasus dan angka kematian Covid 19. Hal positif lainnya, angka vaksinasi yang menjadi elemen penting dalam tumbuhnya herd immunity juga termasuk baik pencapaiannya.
Kondisi ini memberikan harapan bagi kita semua, tak terkecuali dunia bisnis. Dunia bisnis mulai bergairah kembali untuk mengambil momentum pemulihan. Pemulihan ekonomi sebetulnya mulai dirasakan terjadi sejak akhir 2021.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2021 tumbuh 5,02% dan secara keseluruhan di tahun 2021 ekonomi Indonesia tumbuh 3,69%. Ini angka yang baik jika dibandingkan tahun sebelumnya dengan kontraksi sebesar 2,07%.
Momen seperti ini perlu dioptimalkan oleh pelaku bisnis. Permintaan pasar yang mulai naik seiring dilonggarkannya kegiatan ekonomi, harus ditangkap secara maksimal. Perusahaan perlu memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya untuk mengkreasikan value.
Salah satu aset kritis yang diperhatikan adalah aset manusia. Di sini peran manajer dan pemimpin menjadi sangat penting untuk mengoptimalkan aset manusianya.
Meskipun kegiatan ekonomi sudah dibuka, bukan berarti kondisinya sama persis dengan sebelum pandemi. Apalagi status pandemi Covid 19 tidak diketahui secara pasti kapan berakhir. Sehingga isu-isu atau tren-tren yang muncul di masa pandemi, bisa saja masih relevan dan bertahan di era setelahnya ini seperti: employee wellness, pola kerja virtual atau hybrid, digitalisasi, inovasi, efisiensi, kolaborasi dan lainnya. Di sinilah kuncinya, bagaimana manajer mampu memimpin sesuai tantangan zamannya.
Lalu bagaimana kunci sukes dalam memimpin di era post pandemic? Berikut enam (6) kunci sukses yang dapat menjadi pedoman bagi manajer dalam memimpin timnya.
Pertama, Membina kepercayaan (trust) dalam tim. Trust adalah aset fundamental dalam tim. Trust seperti lem atau perekat dalam tim. Kalau trust hadir maka tim akan merekat dan saling terikat dengan kuat. Tim mampu bergerak dengan solid, tahan guncangan dan lincah. Kalau perekatnya tidak kuat, maka tim bisa hancur seketika.
Pemimpin harus bisa menumbuhkan dan membina trust dalam timnya. Apalagi jika perusahaan menerapkan pola bekerja virtual working, hybrid working atau working from anywhere. Trust menjadi lebih penting lagi dibanding bekerja secara offline.
Trust dapat menghadirkan pikiran positif dan komunikasi sehat yang menjadi dasar bagi terbentuknya tim yang efektif. Trust juga dapat memunculkan perasaan “bahwa saya mampu” pada diri setiap anggota tim. Perasaan ini menjadi modal berharga setiap anggota tim untuk bisa menjalankan tanggung jawab dan menghadapi tantangan pekerjaan dengan seoptimal mungkin. Sebaliknya, ketiadaan trust akan mendorong tim demotivasi.
Salah satu kunci membina trust adalah dengan menerapkan pola kerja berbasis hasil (result based oriented) daripada proses/kegiatan (activities based oriented). Pemimpin dan anggota tim membiasakan diri untuk selalu membuat sasaran terukur yang disepakati bersama. Kemudian pemimpin dapat memantau kemajuan sasaran dan tugas sesuai kesepakatan. Selebihnya berikan kepercayaan kepada tim untuk melakukan yang terbaik.
Kedua, Menginsipirasi Tim dengan Visi Bersama. Dalam kondisi di mana perusahaan atau tim menghadapi ketidakpastian, maka sebuah tujuan dan visi akan menjadi sangat penting dan relevan keberadaannya. Terlepas kita tidak mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa depan, tapi tim mesti memiliki pijakan untuk bergerak.
Seluruh anggota tim mesti memiliki bahasa yang sama tentang arah yang akan dituju. Bahasa itu adalah visi bersama. Hadirnya visi yang dipahami oleh semua anggota membuat tim akan fokus, bersemangat dan penuh energi dalam berjuang.
Dua langkah dalam menginspirasi tim. Pemimpin perlu mendeskripsikan visi dengan jelas, yaitu sebuah gambaran ideal dan unik di masa depan yang merupakan aspirasi bersama. Setelah pemimpin menetapkan visi, maka berikutnya pemimpin harus mampu mengkloning visi yang dibayangkannya ke dalam setiap pikiran dan hati anggota timnya. Pemimpin mesti memastikan bahwa seluruh anggota timnya memiliki imajinasi yang sama dengan dirinya tentang masa depan yang akan dicapai.
Ketiga, Membangun Tim yang Gesit dan Kolaboratif. Perubahan adalah keniscayaan. Tidak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri. Ke depan, perubahan masih akan sangat dinamis dan sukar diprediksi. Apalagi didorong oleh perkembangan teknologi yang berkembang cepat secara ekponensial. Dan ditambah faktor tak terduga lainnya seperti hadirnya Covid 19, maka pemimpin harus selalu siap dan sigap menari di atas gelombang ketidakpastian.
Menghadapi tantangan tersebut, kunci keberhasilan terletak pada bagaimana pemimpin mampu membangun kegesitan dan kolaborasi dalam tim. Pemimpin perlu menciptakan tim yang siap dan sigap menerima dan beradaptasi dengan perubahan.
Pemimpin akan sukses jika dapat membentuk timnya tidak hanya sekadar reaktif, namun proaktif dan antisipatif terhadap perubahan. Dan pemimpin akan jauh lebih sukses jika dapat mendorong kolaborasi tim. Dengan kolaborasi, pemimpin dan tim mencapai sasaran dengan cara yang lebih cepat, lebih hemat dan sulit dikalahkan.
Keempat, Mendorong Inovasi dalam Tim. Pemimpin menciptakan inovasi itu biasa. Pemimpin mencetak orang-orang yang mampu menciptakan inovasi, itu baru luar biasa. Tugas pemimpin bukan sekadar melahirkan inovasi, namun bagaimana bisa mendorong orang-orang berinovasi. Dampaknya lebih eksponensial jika orientasi pemimpin mulai bergerak dari yang sekadar menciptakan inovasi menjadi menciptakan manusia-manusia inovatif.
Agar bisa mendorong tim berinovasi, pemimpin perlu menciptakan keamanan psikologis (psychological safety) bagi timnya. Sebagaimana dikutip dari www.rework.withgoogle.com, dalam tim dengan keamanan psikologis tinggi, rekan satu tim akan merasa aman untuk mengambil risiko di sekitar anggota tim.
Mereka berpersepsi bahwa tim aman dan berkeyakinan bahwa tidak ada satu pun dalam tim yang akan mempermalukan atau menghukum orang lain karena mengakui kesalahan, mengajukan pertanyaan, atau menawarkan ide baru.
Pemimpin perlu menciptakan lingkungan dan budaya yang bisa memberi ruang inovasi yang memungkinkan anggota tim berani berekspresi dan mengambil risiko untuk mencoba sesuatu yang baru. Pemimpin perlu memberi toleransi atas kesalahan dan kegagalan yang terjadi dan menjadikannya peluang dan sarana pembelajaran bagi setiap orang. Berdasarkan kesalahan tersebut, pemimpin dapat mengajak setiap orang berkontribusi mencari solusinya.
Ketika setiap orang dalam tim merasa memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menyampaikan ide mereka. Dan mereka memanfaatkan kesempatan untuk melakukan berbagai eksperimen dalam memecahkan masalah dan tantangan yang dihadapi. Maka dapat dipastikan dampak positif yang dihasilkan begitu masif bagi ketercapaian tujuan tim.
Kelima, Mengembangkan (Upskilling & Reskilling) Setiap Anggota Tim. Perkembangan teknologi yang begitu cepat dan munculnya pandemi Covid 19 telah banyak memengaruhi cara kita bekerja. Tantangannya adalah ada pekerjaan-pekerjaan yang hilang karena tidak dibutuhkan lagi oleh perusahaan. Atau pekerjaan tersebut mungkin masih ada, namun dilakukan secara berbeda sehingga membutuhkan keterampilan dan kompetensi yang berbeda.
Saat ini juga muncul banyak profesi atau fungsi baru yang dibutuhkan perusahaan terutama akibat hadirnya teknologi dan berkembangnya media sosial. Maka pengembangan kompetensi menjadi krusial dan perlu menjadi perhatian pemimpin. Yang demikian agar kompetensi yang dimiliki karyawan selalu relevan dengan kondisi dan tantangan pekerjaan yang dihadapinya.
Beberapa Langkah yang dapat dilakukan pemimpin dalam mengembangkan anggota timnya yaitu: Pemimpin perlu memetakan fungsi-fungsi dalam perusahaan atau unit kerja yang dianggap masih penting dibutuhkan perusahaan. Lalu pemimpin dapat mengidentifikasi keterampilan dan kompetensi kritis apa saja yang dibutuhkan untuk mengerjakan peran dan fungsi tersebut.
Kemudian pemimpin perlu melakukan asesmen untuk melihat sejauh mana timnya memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan tersebut. Selanjutnya pemimpin dapat melakukan upskilling (meningkatkan kompetensi yang sudah ada) dan reskilling (meningkatkan kompetensi baru) untuk setiap anggota timnya.
Keenam, Mempertahankan Kesejahteraan Tim (Employee Wellbeing). Saat ini employee wellbeing merupakan isu yang sering dibicarakan dan menjadi agenda utama perusahan. Meskipun pembahasan employee wellbeing sudah lama muncul, namun menjadi lebih intens ketika pandemi Covid 19 muncul.
Employee wellbeing merupakan sebuah usaha untuk melihat kondisi karyawan secara menyeluruh atau holistik mulai dari fisik, mental, sosial dengan tujuan memastikan mereka selalu sehat dan bahagia. Pemimpin perlu mengupayakan employee wellbeing timnya terjaga agar karyawan dapat memberikan kinerja yang optimal dalam kondisi turbulensi seperti saat ini.
Beberapa hal yang bisa dilakukan pemimpin untuk menjaga employee wellbeing tim adalah, memastikan lingkungan kerja timnya aman dan sehat, memfasilitasi keseimbangan kerja – hidup, memberikan kepercayaan dan keamanan psikologis, memerhatikan tingkat stres dan kelelahan tiap anggotanya, mengkomunikasikan tugas dengan efektif, memfasilitasi tim dalam perubahan, mendorong keterbukaan dan kesempatan untuk berkembang.
Demikian enam (6) kunci sukses memimpin dalam era post pandemic. Peran pemimpin sangat krusial dalam memulihkan bisnis dan mengembalikan kejayaan perusahaan.
Siapkah Anda para pemimpin? Selamat mencoba!
*Tulisan ini dimuat di SWA Online