Kepemimpinan dan Kepercayaan pada Pemimpin dalam Membangun Perilaku Bawahan

Kepemimpinan dan Kepercayaan pada Pemimpin dalam Membangun Perilaku Bawahan

Merenungkan hasil penelitian yang disampaikan  Steve Price – Chief Human Resources Officer Dell Technologies pada tahun 2018 cukup menarik perhatian penulis. Penelitian yang dilakukan secara internal tersebut menunjukkan hasil bahwa pekerja yang memercayai pemimpin mereka, delapan kali lebih mungkin untuk percaya kepada pemimpin dalam menunjukkan prinsip-prinsip kepemimpinan di perusahaan. Selain itu, anggota tim yang memercayai pemimpin mereka akan rela untuk lebih terlibat dalam pekerjaan dan memiliki keinginan untuk tetap bersama perusahaan lebih dari dua kali lipat.

Belajar dari temuan hasil survei yang dilakukan Dell Technologies tersebut menunjukkan kepemimpinan memiliki peran penting dalam keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan membutuhkan kepercayaan. Studi yang ada menunjukkan bahwa kepercayaan, terutama kepercayaan kepada pemimpin merupakan komponen penting dan layak untuk keberhasilan organisasi.

Kepercayaan terhadap pemimpin digambarkan sebagai kepercayaan yang dimiliki bawahan terhadap pemimpin berdasarkan keyakinan bahwa pemimpin tersebut berkompeten, memiliki integritas, konsisten, loyalitas dan kemampuan berkomunikasi.

Kepercayaan kepada pemimpin dapat juga digambarkan sebagai hubungan pemimpin-bawahan berdasarkan saling menghormati, kerjasama, komitmen, keandalan dan kesetaraan. Pada dasarnya pemimpin dan bawahan menciptakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Ketika bawahan mempercayai pemimpin, mereka bersedia mendukung tindakan pemimpin dan yakin bahwa hak dan kepentingan mereka tidak akan disalahgunakan.

Ketika pemimpin memiliki kepercayaan dari tim, semua harapan organisasi mungkin dapat terwujud. Kreativitas, inovasi, produktivitas, efisiensi, dan moral akan berkembang. Kepemimpinan berdasarkan kepercayaan sangat penting untuk kolaborasi, inovasi, komitmen karyawan, dan lingkungan kerja yang sehat.

Sebaliknya, jika bawahan tidak memercayai pemimpin maka akan mendapatkan penolakan, sikap apatis, dan, pada akhirnya, kegagalan. Studi menunjukkan, kepercayaan kepada pemimpin akan memengaruhi perilaku bawahan. Ketika kepercayaan rusak, keadaan ini dapat memiliki efek buruk yang serius pada kinerja tim atau organisasi.

Dari diskusi di atas, muncul sebuah pertanyaan, bagaimana seorang pemimpin meyakinkan bawahan untuk secara sukarela dan efektif mencapai tujuan dan sasaran organisasi? Tampaknya masuk akal untuk berasumsi bahwa bawahan akan lebih cenderung mengikuti pemimpin jika mereka secara pribadi mempercayai pemimpin.

Menurut Gilley dalam bukunya yang bertajuk Manager as politician tahun 2006, menemukan bahwa hubungan berbasis kepercayaan antara pemimpin dan bawahan dapat menghasilkan lima manfaat:

1. Meningkatkan dan membangun self-esteem manajer dan bawahan

2. Meningkatkan produktivitas

3. Meningkatkan dan membangun komunikasi organisasional

4. Meningkatkan dan membangun pemahaman organisasional

5. Meningkatkan dan membangun komitmen organisasional

Dengan demikian, organisasi harus mengembangkan pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun hubungan yang positif, bermanfaat, dan berdasarkan kepercayaan. Namun, membangun kepercayaan adalah proses yang tidak mudah dan memakan waktu. Gilley juga mengidentifikasi tujuh faktor untuk membangun hubungan yang positif, sehat, dan berbasis kepercayaan. Faktor-faktor tersebut adalah kebebasan dari rasa takut, komunikasi, interaksi, keterlibatan pribadi, kepercayaan, dan kejujuran.

Kebebasan dari rasa takut. Frustrasi, kemarahan, dan kebencian adalah hal yang sering ditemui ketika rasa takut hadir di tempat kerja. Namun hubungan yang bebas dari rasa takut memungkinkan para pemimpin dan bawahan untuk mengambil risiko, berkomunikasi, dan bekerja bersama-sama. Akibatnya, kreativitas berkembang dan bawahan akan mudah didorong, ditantang, dan terinspirasi untuk memecahkan masalah yang rumit. Hal ini merupakan kesempatan bagi pemimpin untuk membangun hubungan berbasis kepercayaan positif yang pada akhirnya menguntungkan organisasi.

Komunikasi. Pemimpin yang tidak efektif hanya mengizinkan komunikasi satu arah, yaitu dari diri mereka sendiri kepada orang lain atau bawahan. Beberapa pemimpin bersedia untuk berkomunikasi tetapi memiliki keterampilan mendengarkan yang buruk, yang menghambat komunikasi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah, pemimpin perlu untuk mengembangkan komunikasi dua arah yang mendorong interaksi antara atasan dan bawahan.

Interaksi. Pemimpin yang efektif tidak takut untuk terlibat dalam interaksi pribadi dengan bawahan. Hal ini memungkinkan pemimpin untuk mengenal bawahan mereka, memahami bawahan, dan berpartisipasi dalam interaksi di mana hubungan dapat dibangun.

Keterlibatan pribadi. Pemimpin yang efektif menyadari bahwa bawahan adalah manusia dan memperlakukan mereka sebagaimana mestinya. Ini tidak berarti pemimpin menjadi terlalu terlibat dengan bawahan; hal ini berarti menunjukkan perhatian dan minat pada orang lain sebagai orang yang berharga, yang dapat sangat membantu menumbuhkan kepercayaan.

Kepercayaan. Gilley berpendapat bahwa kepercayaan dapat dibangun hanya jika hubungan antara pemimpin dan bawahan menunjukkan kebenaran, kepercayaan, dan saling menghormati, di mana semua informasi penting yang diperlukan dibagikan, solusi yang diusulkan bebas dari bias, dan kerahasiaan dihormati. Dengan demikian tidak ada agenda tersembunyi.

Kejujuran. Setelah kepercayaan telah dibangun antara pemimpin dan bawahan, mereka dapat berkomunikasi satu sama lain dengan jujur. Hal ini menuntut pemimpin untuk selalu berpegang pada kebenaran, termasuk memberikan informasi kepada bawahan yang terkadang mereka (pemimpin) hindari untuk diungkapkan.

Sebagai penutup artikel, penulis ingin menggarisbawahi bahwa membangun kepercayaan penting untuk keberhasilan organisasi dan membutuhkan waktu untuk membangunnya. Dengan kepemimpinan yang berkomitmen, Anda dapat mulai membangun kepercayaan dari dalam tim. Harapannya, dengan kepercayaan yang Anda bangun, akan terbentuk perilaku bawahan yang diharapkan.

Lalu untuk membangun kepercayaan kepada pemimpin di organisasi atau tim Anda, gaya kepemimpinan apa yang sesuai?

Selamat berefleksi.

*Tulisan ini dimuat di SWA Online

Diyah Dumasari Siregar

Leave a Reply

Your email address will not be published.