Cara Mensiasati Kepemimpinan yang Toksik
Bicara kepemimpinan, bahkan dalam kacamata seorang pemimpin pun, sudah menjadi lumrah di seluruh organisasi di dunia ini jalannya kepemimpinan tidak melulu mulus. Ada tantangan dari luar maupun dari dalam diri (pemimpin) sendiri. Belakangan kita kenal dengan istilah pemimpin toksik.
Ada peningkatan insiden kepemimpinan yang toksik dalam organisasi di seluruh dunia. Sebuah penelitian yang dilakukan seorang profesor dari University of Johannesburg menunjukkan bahwa hampir tiga dari setiap sepuluh pemimpin itu toksik.
Kata toxic berasal dari bahasa Yunani “toxikon” yang berarti “racun panah”. Secara harfiah, istilah dalam bentuk aslinya berarti membunuh (meracuni) dengan cara yang ditargetkan (panah). Oleh karena itu, pemimpin yang toksik adalah mereka yang dengan sengaja merusak tatanan organisasi.
Bekerja di bawah kepemimpinan yang toksik bukan hanya menurunkan semangat diri sendiri namun juga memengaruhi kinerja seluruh tim. Pemimpin yang toksik cenderung berfokus pada kepentingan mereka sendiri dan merugikan kesehatan tim mereka.
Kepemimpinan yang toksik adalah jenis kepemimpinan yang merusak anggota tim dan tempat kerja secara keseluruhan. Ini adalah penyalahgunaan kekuasaan yang egois di pihak pemimpin.
Studi dari University of Manchester kepada 1200 orang menemukan efek kepemimpinan yang toksik adalah penindasan di tempat kerja, perilaku kerja kontraproduktif, ketidakpuasan kerja, ketegangan psikologis, serta depresi dan kelelahan.
Untuk itu, sangat penting untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya pemimpin toksik di sekitar kita sehingga kita dapat menyesuaikan diri, berkembang, dan terlepas dari dampaknya. Diambil dari artikel yang ditulis oleh Shonna Waters, PhD. berikut adalah beberapa sifat pemimpin yang toksik:
Berbohong atau Tidak Konsisten
Kesulitan besar bagi seorang pemimpin dalam berkomunikasi adalah saat harus menyampaikan hal yang tidak menyenangkan atau tidak popular. Pemimpin yang toksik lebih memilih berbohong daripada harus menyampaikan hal-hal tersebut secara transparan. Kebohongan akan satu hal tidak akan pernah cukup sehingga hampir dapat dipastikan akan memunculkan kebohongan-kebohongan lainnya. Hal tersebut menyebabkan mereka cenderung tidak konsisten dan tidak dapat mempertanggungjawabkan apa yang mereka katakan. Kebohongan di tempat kerja ini membuat kita sangat sulit memahami kondisi organisasi karena kita tidak memiliki akses terhadap kebenaran.
Untuk menutupi kebohongan, pemimpin toksik juga seringkali melakukan gaslighting, yaitu manipulasi psikologis yang membuat orang lain mempertanyakan ingatan atau penilaian mereka sendiri. Pemimpin toksik yang melakukan gaslighting akan menyatakan hal seperti “Kamu tidak bisa mengingat dengan baik ya?” atau memotong pembicaraan kemudian berkata “Saya tidak paham yang kamu katakan”. Pelaku gaslighting akan menuduh seseorang terlalu sensitif atau bereaksi berlebihan ketika orang tersebut memiliki kekhawatiran dan keresahan.
Tidak Mendengarkan Umpan Balik
Setiap orang memiliki ruang untuk belajar, namun para pemimpin toksik tidak mau mendengar kritik yang membangun. Mereka tidak mau mendengar kekhawatiran dari anggota tim. Mereka sangat meyakini keputusan yang mereka pilih adalah yang terbaik. Mereka akan menganggap orang-orang yang mau mengikuti mereka adalah pendukung, sementara orang-orang yang memberikan kritik adalah pengganggu. Mereka bukannya berfokus pada isi dari kritik yang disampaikan yang menunjukan ada sesuatu hal yang harus diperbaiki, namun mereka berfokus pada siapa yang mengajukan kritik dan mengganggap mereka sebagai outsider.
Kesombongan
Pemimpin toksik percaya bahwa mereka selalu benar dan paling benar, inilah yang menyebabkan mengapa mereka kesulitan mendengarkan umpan balik. Mereka mengharapkan orang-orang di tim mereka untuk menerima apa yang mereka katakan sebagai kebenaran tanpa ada pertanyaan dan tidak ingin dikoreksi.
Menempatkan Kepentingan pada Hierarki
Hierarki adalah hal yang memberi kendali kepada pemimpin toksik atas tim mereka. Mereka ingin mempertahankan kekuasaan sehingga mereka sangat menghargai hierarki ini. Mereka akan memastikan itu tetap di tempatnya. Mereka akan menghentikan inisiatif yang memungkinkan orang-orang di tim mereka menjadi lebih mandiri dan membuat keputusan sendiri.
Diskriminasi terhadap Karyawan
Pemimpin toksik sering kali memiliki bias tersendiri terhadap orang-orang di timnya, baik positif maupun negatif. Mereka tidak mempraktikkan kepemimpinan inklusif. Hal ini bisa muncul dalam bentuk memberikan perlakuan istimewa kepada orang-orang yang mereka anggap sebagai “teman” atau pendukung mereka. Sebaliknya, mereka akan memberikan perlakuan tidak enak pada orang-orang yang mereka anggap “tidak seperahu dengan mereka”. Kebijakan yang ada di organisasi tidak berlaku, yang ada adalah kebijakan yang sesuai dengan keinginan pemimpin toksik tersebut. Suatu kebijakan dapat berlaku untuk si A, namun bisa tidak berlaku untuk si B, tergantung like and dislike pemimpin toksik tersebut.
Tidak Percaya pada Anggota Tim
Pemimpin toksik biasanya sulit untuk mempercayai anggota tim mereka. Hal ini digambarkan dengan pemimpin toksik seringkali melakukan micromanage, mereka ikut terlibat mengurusi hal-hal teknis yang tidak strategis karena mereka tidak mempercayai anggota timnya tersebut untuk menangani suatu tugas.
Tidak Kompeten dalam Pekerjaannya
Para pemimpin toksik sangat percaya bahwa mereka selalu benar, meskipun pada kenyataannya yang terjadi malah sebaliknya. Mereka cenderung membuat keputusan yang buruk dan akan berjuang untuk mempertahankannya. Mereka juga akan merendahkan orang lain dan meninggikan diri mereka sendiri. Mereka cenderung tidak menyadari ketidakkompetenan mereka, jika dihubungkan dengan Kurva Dunning Kruger Effect, mereka berada pada Peak of Mount Stupid.
Kepentingan Diri Sendiri
Pemimpin toksik berfokus pada karier dan kemajuan mereka sendiri daripada orang lain. Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat memposisikan diri secara seimbang, di mana seorang pemimpin harus bisa menjadi jembatan antara karyawan dengan top manajemen. Karena fokus mereka pada karier dan keamanan posisi mereka sendiri maka mereka cenderung sangat menuruti keinginan atasan dan kemudian memberikan tekanan ke bawahan.
Pemimpin toksik masih bisa terlihat sebagai pemimpin yang karismatik, artinya mereka mampu menyembunyikan toksisitasnya. Ini membuat toksisitas mereka tidak selalu mudah dikenali. Meskipun mereka menunjukkan beberapa ciri yang disebutkan di atas, mereka tidak akan selalu melakukannya secara eksplisit atau terbuka.
Untuk seseorang yang tidak bekerja secara langsung dengan mereka atau yang tidak terkena dampak langsung dari keputusan yang mereka buat, mungkin sulit untuk mengetahui penyamaran mereka.
Lalu bagaimana jika Anda bekerja di bawah pemimpin yang toksik? Apa yang harus Anda lakukan? Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghadapinya:
Fokus pada Pekerjaan
Jika Anda tidak dapat menghindari perilaku pemimpin toksik tersebut karena berbagai hal, maka fokuskan diri Anda pada pekerjaan saja, fokus memberikan hasil terbaik bersama rekan-rekan, tidak perlu menghabiskan waktu untuk fokus padanya dan drama-drama yang dimainkannya.
Kendalikan Reaksi
Anda tidak dapat mengontrol bagaimana pemimpin toksik bertindak, tetapi Anda bisa mengontrol reaksi Anda terhadap tindakan tersebut. Tetap kendalikan emosi dan jangan beri mereka perhatian seperti yang diinginkan.
Dokumentasikan Semuanya
Dokumentasikan saat pemimpin toksik membuat permintaan atau keputusan yang tidak baik. Dengan cara ini, jika terjadi kejatuhan, Anda akan memiliki bukti bahwa Anda diminta melakukan hal-hal tertentu yang menyebabkan kejatuhan ini. Selalu minta konfirmasi tertulis melalui email sebelum Anda menyelesaikan tugas. Jika Anda bisa melaporkan hal yang tidak sesuai tersebut kepada yang berwenang (whistleblowing), maka dokumentasi tersebut juga dapat menjadi bukti.
Tetapkan Batasan Profesional
Jaga hubungan antara Anda dan pemimpin toksik tetap profesional. Anda tidak berkewajiban untuk berteman dengan pemimpin Anda atau menjawab pertanyaan pribadi. Dengan melakukan ini, Anda akan melindungi diri dan kehidupan pribadi Anda dari perilaku toksik.
Dekati Pemimpin Toksik Anda dengan Percakapan yang Jujur
Meskipun pemimpin toksik tidak selalu terbuka untuk jenis percakapan ini, Anda dapat mencoba melakukannya. Tujuan dari percakapan yang jujur bukanlah untuk menyalahkan, melainkan untuk mengungkapkan perasaan dan bagaimana kinerja Anda terpengaruh. Dekati dengan pernyataan “Saya” dan jelaskan bagaimana ini tidak hanya memengaruhi Anda, tetapi juga perusahaan. Ingat, kebahagiaan dan kinerja Anda memengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Untuk Anda para pemimpin semoga Anda dijauhkan dari perilaku toksik. Untuk Anda para anggota tim, semoga Anda dijauhkan dari pemimpin yang toksik. Suatu saat pada gilirannya, Anda diamanahkan menjadi seorang pemimpin, semoga bisa menjadi pemimpin yang positif, pemimpin yang diikuti karena dihormati bukan ditakuti.
Selamat berefleksi!
*Tulisan ini dimuat di SWA Online