Blockchain (Bagian 1): Integrasi Digital Dalam Supply Chain
Blockchain ibarat sebuah ledger technology yang mereka transaksi dalam satu buah “block”, di mana tiap block ini terhubung dengan block (baca: transaksi) lain yang terjadi sebelum dan sesudah sebuah transaksi dilaksanakan. Proses ini menggunakan teknologi kriptografi.
Seluruh transaksi yang terhubung ini didistribusikan ke setiap pihak/pengguna yang terlibat sehingga tidak ada “single ownership” oleh salah satu pengguna, dan tidak ada pihak perantara (intermediasi, misalnya: Bank) karena semua pihak melakukan transaksi secara langsung.
Dan karena tiap transaksi saling terhubung, maka semua transaksi dapat dilihat oleh semua pihak yang terlibat. Transaksi tambahan tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan semua pihak yang terlibat tadi.
Artinya, tidak ada satu pihak di dalam maupun di luar sistem yang dapat mengubah urutan, menambah atau mengurangi informasi, maupun menduplikasi informasi. Hal ini dapat mencegah fraud dan mengurangi proses komunikasi yang tidak perlu.
Penerapan blockchain dalam sebuah sistem keuangan adalah digital currency sebagai alternatif dari bentuk uang konvensional. Pada sistem supply chain misalnya, transaksi dan identittas barang yang dikirim pemasok ke manufaktur akan direkam dalam sebuah block. Pada sebuah ritel, blockchain ini merekam semua transaksi pemasok dan pembelinya, misalnya identitas dan bentuk produk, harga produk, lokasi awal produk dikirim dari mana, bagaimana dikirim, siapa penerima, siapa pemasok, bagaimana proses perizinan.
Keuntungan bagi ritel adalah dapat melakukan traceback apakah produk yang diterima aman bagi konsumennya; mendeteksi lokasi produk yang dikirim (misalnya tertahan di proses pabean); mendeteksi bagaimana proses produksi, pengiriman, dan pengemasan dilakukan secara aman dan sehat; bahkan mengolah big data terkait elastisitas harga produk yang dibeli konsumen.
Sekilas proses ini mirip dengan proses digitalisasi pengiriman dan penjualan barang dalam sebuah sistem supply chain. Namun yang membedakan dalam jaringan blockchain adalah tidak adanya pihak perantara, sehingga transaksi jual-beli tidak menggunakan jasa Bank untuk mentransfer uang, namun pengiriman uang terjadi langsung dari pembeli kepada penjual.
Blockchain diperkirakan akan mengakselerasi dinamika industri 4.0, mendorong penerapan teknologi digital yang aman untuk segala bentuk data (termasuk data identitas diri), serta proses transaksi pembayaran mikro. Selain data yang disimpan aman dari fraud, prosesnya mengurangi leadtime, menghemat biaya birokrasi dan administrasi, menyediakan big data yang dapat diolah untuk hal-hal bermanfaat.
Berikut beberapa contoh penggunaan blockchain:
- Pelayanan Masyarakat, yaitu untuk merekam identitas penduduk, mengolah data demografi untuk sensus penduduk, memonitor kondisi transportasi dan rekam jejak masyarakat dalam mengemudi kendaraan.
- Life Science and healthcare, yaitu merekam data pasien (termasuk jenis perawatan dan obat yang sudah dikonsumsi) yang dapat diteruskan ke dokter dan rumah sakit, maupun lembaga sosial (sesuai izin pasien) untuk memantau kondisi pasien secara real time. Kemudian populasi data pasien (yang namanya dirahasiakan) dapat diolah perusahaan atau institusi kesehatan untuk mengetahui karakter masyarakat dan penyakit yang dideritanya.
- Manufaktur dan otomotif, memonitor dan merekam penggunaan spare part, berapa lama/jauh kendaraan digunakan, maintenance apa yang telah dilakukan dan maintenance apa yangg terlewat, perilaku pemakaian kendaraan. Manfaatnya untuk memonitor life cycle sebuah kendaraan.
- Efisiensi energi, yaitu sebuah mesin atau peralatan sudah tidak digunakan maka mesin tersebut akan otomatis berhenti, sekaligus merekam dan memonitor konsumsi energinya.
Dalam perdagangan global, peran blockchain semakin nyata ketika semua pihak dapat bertransaksi dengan aman, tidak ada fraud, tidak ada penggelapan pajak karena semua informasi termasuk harga dan biaya terekam sejak produk pertama diproduksi.
Menurut World Trade Organization (WTO) di tahun 2017, peran blockchain ini mampu mengurangi berbagai hambatan dan meningkatkan efisiensi dalam proses supply chain perdagangan dunia, meningkatkan GDP dunia sebesar 5% dan meningkatkan volume perdagangan dunia sebesar 15%.
Selain efisiensi, semua pihak yang terlibat dalam supply chain mampu membangun rasa percaya dalam perdagangan karena data valid dan menghindari manipulasi.