Atasi Burnout Syndrome dengan Psychological Capital
Burnout syndrome atau sindrom kelelahan makin banyak dibahas bersamaan dengan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini. Barangkali tidak semua orang familiar dengan istilah burnout syndrome, namun sepertinya pernah merasakan beberapa gejala “kelelahan” ini. Sebelum lebih dalam membahas cara mengatasi burnout syndrome, mari kita kenali lebih dekat tanda-tandanya.
Burnout syndrome merupakan kondisi lelah yang dirasakan tidak hanya secara mental, tetapi juga secara fisik dan emosional. Beberapa gejala yang umumnya dirasakan seperti tidak bersemangat atau bertenaga saat bangun pagi; terlalu banyak tidur atau terlalu sedikit tidur; lebih sensitif misalnya jadi mudah marah; mudah tersinggung ataupun mudah menangis dalam beberapa kondisi.
Kadang kala tidur bukanlah sebuah jawaban untuk mengatasi kelelahan tersebut, karena rasa lelah ini berasal dari penyebab yang beragam. Yang paling dekat tentu saja adanya tuntutan pekerjaan yang rasa-rasanya tidak berkesudahan.
Kenyataannya, burnout syndrome tidak muncul dalam waktu semalam. Dalam sebuah publikasi yang ditulis Gabriel & Aguinis, burnout muncul secara bertahap, mulai dari perasaan lelah yang datang secara terus-menerus, adanya penilaian negatif terhadap pekerjaan dan tidak adanya pencapaian individual. Terkadang, burnout syndrome ini juga bisa membuat seseorang menjadi semakin menarik diri dari lingkungan sekitarnya.
Berbagai cara, saran, dan tips tentang cara mengatasi burnout syndrome mudah ditemukan saat ini. Bisa dengan melakukan self care atau meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan hati. Melakukan manajemen stress, hingga menghubungi konselor, psikolog ataupun psikiater untuk melakukan konseling. Ternyata, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi burnout syndrome, yaitu dengan mengenali dan mengembangkan psychological capital.
Psychological capital atau modal psikologis merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri, optimisme, fokus terhadap tujuan dan daya tahan terhadap stres. Empat unsur dalam psychological capital ini dikenal dengan singkatan HERO, yaitu: Hope (harapan), Efficacy (kepercayaan dan keyakinan atas diri sendiri), Resilience (ketahanan), dan Optimism (optimisme).
Adanya modal psikologis ini bisa berpengaruh terhadap kepuasan dan komitmen dalam bekerja, serta kondisi mental yang lebih baik. Modal psikologis ini bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi kelelahan dalam bekerja.
Mengutip dari tulisan Birgit Ohlin, berikut merupakan beberapa cara untuk menguatkan dan menumbuhkan psychological capital:
- Menumbuhkan Hope melalui goal setting
Hope tumbuh dari adanya rasa percaya dan yakin untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan membuat dan merancang tujuan versi diri sendiri, idealnya kita bisa menjadi lebih mudah melalui berbagai tantangan dalam pekerjaan. Pastikan tujuan yang dibuat menggunakan prinsip SMART, yaitu specific, measurable, attainable, relevant, dan time. Sangat penting bagi kita untuk merayakan dan mengapresiasi pencapaian kecil yang sudah kita buat supaya kita semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang lainnya.
- Menguatkan *Efficacy *dengan melihat pencapaian sebelumnya
Efficacy dalam bahasa Indonesia memiliki arti lebih dari sekadar percaya diri. Efficacy artinya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk melakukan sesuatu. Dengan melihat pencapaian yang sudah kita lakukan sebelumnya, kita jadi bisa menumbuhkan rasa percaya bahwa kita akan mampu melalui tantangan yang ada selanjutnya.
- Berlatih improvisasi untuk menguatkan Resilience
Resilience memiliki arti ketahanan diri. Seringkali ketahanan diri dianalogikan seperti bola yang dilempar dari atas ke bawah, lalu memantul kembali ke atas. Salah satu cara untuk menumbuhkan ketahanan diri adalah dengan berlatih untuk melakukan improvisasi atau alternatif pemecahan sebuah masalah. Tujuan tidak berubah, namun cara ataupun langkah yang dilakukan bisa diubah untuk mencapai tujuan kita.
- Mengubah fokus sebagai cara menumbuhkan Optimism
Optimisme adalah sebuah rasa percaya bahwa hal-hal baik selalu akan terjadi pada diri kita. Salah satu cara untuk menumbuhkan optimisme yaitu dengan mengubah fokus atau kacamata perspektif kita. Bisa dimulai dengan belajar menerima masa lalu yang sudah terjadi, mengapresiasi kondisi saat ini, dan melihat masa depan sebagai sebuah kesempatan baik. Empat langkah di atas merupakan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi burnout syndrome dengan psychological capital.
Kira-kira, mana yang tertarik untuk Anda coba pertama?
*Tulisan ini dimuat di SWA Online