Memimpin dengan Transparan

Memimpin dengan Transparan

Dalam berbagai survei employee engagement yang secara rutin dilakukan oleh PPM Manajemen, satu permasalahan yang selalu ditemukan dan dirasakan oleh karyawan adalah menyoal transparansi komunikasi di dalam organisasi.

Hal tersebut selalu masuk dalam perhatian utama para karyawan. Menurut American Psychological Association, hanya 52% karyawan percaya bahwa para pimpinan di organsiasi melakukan komunikasi yang transparan, hal yang patut menjadi perhatian bersama karena dianggap penting oleh karyawan namun belum menjadi perhatian utama bagi para pimpinan organisasi.

Transparansi dalam kepemimpinan berarti menjaga karyawan tetap terhubung, berbagi informasi-informasi yang baik pun yang buruk, serta menyambut umpan balik yang jujur dari karyawan.

Pemimpin yang transparan berusaha untuk mempraktikkan apa yang mereka katakan (walk the talk), menetapkan ekspektasi yang sangat jelas, dan berkomunikasi secara efektif dengan setiap karyawan, hal itu menciptakan suasana kerja yang tidak ada kejutan yang tidak menyenangkan, tidak ada kekhawatiran dari karyawan, dan tidak ada perilaku plin-plan yang dapat melemahkan reputasi pemimpin.

Ketika pemimpin memimpin dengan transparansi, ia menetapkan standar bagi seluruh organisasi untuk hidup, menumbuhkan budaya komunikasi terbuka di tempat kerja, dan perilaku yang bertanggung jawab baik bagi karyawan maupun pemimpin itu sendiri.

Memimpin dengan transparansi membutuhkan kemauan untuk jujur dan terbuka dengan karyawan. Karyawan dapat melihat dan mengevaluasi semua yang pemimpin lakukan, untuk itu penting bagi pemimpin untuk memimpin organisasi dengan integritas, dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi secara nyata. Dengan demikian, karyawan akan memberi kesetiaan dan kepercayaan mereka terhadap pemimpin dan organisasi.

Dengan menerapkan transparansi dalam kepemimpinan secara konsisten, organisasi akan mendapatkan berbagai manfaat yang sangat berarti bagi perkembangan organisasi itu sendiri, di antaranya:

1. Advokasi Karyawan Lebih Besar

Saat pemimpin memilih untuk terbuka dan jujur dengan karyawan maka hal tersebut akan membuat karyawan merasa dihargai, merasa didengarkan. Dengan menunjukkan kepada karyawan betapa Anda (pemimpin) menghargai kontribusi dan pendapat mereka, Anda sedang membangun fondasi kepercayaan dan loyalitas yang tinggi dari karyawan. Otomatis karyawan akan berperan sebagai brand ambassador terbaik bagi organisasi.

Menunjukkan penghargaan kepada karyawan juga dapat memanusiakan Anda sebagai seorang pemimpin. Dengan menampilkan diri Anda sebagai manusia yang dapat memanusiakan orang lain, bukan sebagai bos misterius yang mengintimidasi, Anda akan mendapatkan pemahaman dan dukungan yang lebih besar dari karyawan. Karyawan akan lebih mudah memahami dan menerima berita negatif, serta membuka diri terhadap umpan balik yang membangun.

2. Peningkatan Kinerja Karyawan

Transparansi yang lebih besar di tempat kerja mendorong advokasi karyawan yang lebih besar. Karyawan dengan advokasi yang besar akan menunjukan perilaku keterlibatan (engagement) yang tinggi, karyawan lebih mudah mendukung perubahan yang ada karena dilibatkan dan didengarkan masukannya dalam proses perubahan tersebut. Karyawan yang sangat terlibat ini lebih mungkin mencapai kinerja dan produktivitas yang lebih tinggi dalam pekerjaan mereka.

3. Harapan Dikelola Dengan Baik

Menahan informasi sering menyebabkan pemahaman dan harapan tidak terpenuhi. Memimpin dengan transparansi membantu para pemimpin memastikan harapan karyawan dan pemberi kerja diatur dan dipenuhi dengan tepat. Dengan komunikasi yang jelas, terbuka, dan sering, maka kecenderungan karyawan membuat asumsi yang salah tentang pekerjaan atau organisasi akan sangat kecil.

4. Masalah Diselesaikan dengan Lebih Cepat

Masalah yang dihadapi dengan komunikasi yang tidak transparan adalah para pemimpin membiarkan karyawan tidak tahu apa-apa. Jika para pemimpin melibatkan karyawan saat mereka menghadapi tantangan, maka masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan lebih tepat. Hal ini dimungkinkan karena karyawan diberikan ruang untuk menawarkan ide atau bantuan apapun untuk mengatasi tantangan. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih kaya pertimbangan. Seperti kata pepatah, dua atau sepuluh kepala lebih baik dari satu!

Setelah mengenali beberapa manfaat yang sangat berarti bagi perkembangan organisasi di atas, pertanyaan selanjutnya yang seharusnya menjadi keingintahuan para pemimpin adalah, “Bagaimana Menerapkan Kepemimpinan yang Transparan?” Berikut adalah beberapa tips untuk menciptakan budaya kerja yang lebih transparan di organisasi menurut Darren Perucci, Director of Cloud Academy:

  1. Tetapkan kebijakan yang konsisten untuk semua pemimpin agar transparan tentang perkembangan dan keputusan organisasi.
  2. Lakukan pertemuan rutin dengan seluruh anggota organisasi, setiap unit dan individu untuk memastikan bahwa setiap karyawan memiliki kesempatan untuk tetap mengikuti perkembangan.
  3. Dorong karyawan untuk memberikan umpan balik yang jujur tentang kebijakan organisasi, perubahan atau pengumuman terkini.
  4. Adopsi open door policy dan meminta top manajemen untuk melakukan hal yang sama.
  5. Luangkan waktu untuk mengenal karyawan dan bertemu dengan mereka satu per satu. Gunakan waktu ini untuk menjalin hubungan pribadi dengan karyawan, serta ungkapkan komitmen Anda terhadap transparansi.

Apakah kini  Anda sebagai pemimpin sudah memahami pentingnya transparansi dalam kepemimpinan? Jika sudah, Selamat! itu adalah langkah pertama untuk mencapainya.

Jika Anda memiliki komitmen pribadi untuk transparansi yang lebih besar mulai hari ini, Anda berada di jalur yang tepat. Namun jika Anda masih merasa transparansi dalam kepemimpin bukanlah hal yang penting, mari kita tuliskan bersama, apa dampak yang Anda dapatkan dari kepemimpinan tidak transparan yang selama ini masih Anda agung-agungkan?

*Tulisan ini dimuat di SWA Online

Pratiwi

Leave a Reply

Your email address will not be published.