Community Design Untuk Mencapai Sustainable City Transportation
Membangun kawasan terpadu di sekitar infrastruktur stasiun transit transportasi (Transit Oriented Development atau TOD) yang mengintegrasikan sarana perjalanan masyarakat dengan membentuk komunitas lengkap dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Ini artinya menyediakan fasilitas tempat tinggal, rumah makan, aktivitas sosial dan komersial, dan sarana bermain anak-anak. Contoh TOD ini adalah kawasan pemukiman atau apartemen yang terhubung dengan stasiun transportasi umum. Di dalam kawasan tersebut tersedia juga toko yang menjual berbagai kebutuhan hidup.
Keberadaan TOD juga menyediakan rumah dengan harga terjangkau di dekat pusat keramaian atau pusat bisnis. Hal ini dilengkapi dengan sarana dan jaringan transportasi yang aman, nyaman, tepat waktu yang menjangkau pemukiman, perkantoran, dan aktivitas sosial lain.
Dari stasiun transit moda transportasi ke lokasi tujuan (tempat tinggal, sekolah, perkantoran, pusat perbelanjaan) disediakan jalur dan kawasan pedestrian yang memfasilitasi masyarakat untuk melakukan transit antar moda transportasi, lingkungan yang kondusif untuk segala usia dan kaum disabilitas, serta dilengkapi dengan area komersial penyedia kebutuhan dasar (seperti makanan dan minuman, surat kabar, obat-obatan).
Jalur pedestrian ini selayaknya jalur tersendiri untuk pejalan kaki dan pesepeda, dan terpisah dari jalur mobil. Ketika pejalan kaki dan pesepeda yakin bahwa kendaraan bermotor tidak akan mengganggu jalur mereka, maka setiap orang akan merasakan kenyamanan ketika berjalan kaki atau bersepeda. Kecelakaan di lalu lintas pun dapat dihindari.
Pada kenyataannya, 60% – 80% konsumsi sumber daya alam di dunia datang dari perkotaan. Kota-kota di mana manusia hidup pun menghasilkan 50% dari pemborosan (waste) sumber daya alam dan menghasilkan 75% gas rumah kaca di seluruh dunia. Contohnya sisa makanan, kemasan bahan makanan yang terbuat dari kertas dan plastik, sisa kertas, barang-barang kebutuhan hidup yang tidak digunakan lagi, polusi udara akibat kendaraan berbahan bakar fosil, buangan energi panas dari teknologi pengatur suhu. Kehidupan manusia di perkotaan menjadi penyumbang yang besar terhadap degradasi lingkungan.
Maka dari itu, pembangunan sarana Komunitas terpadu memberi banyak manfaat, seperti:
- Mengurangi frekuensi perjalanan, sehingga mengurangi polusi dari kendaraan bermotor.
- Mengurangi waktu pergerakan manusia dari tempat tinggal ke lokasi tujuan, mengurangi kemacetan, dan sekaligus manfaat ekonomi berupa naiknya harga properti.
- Menciptakan lingkungan yang ramah bagi kehidupan manusia, menyediakan sarana bagi pejalan kaki (jalur pedestrian) dan pesepeda yang aman dan nyaman.
Kita bisa mencontoh beberapa kota di dunia yang menciptakan sistem transportasi (bagi manusia dan logistik) yang ramah lingkungan, misalnya:
- Milan, Itali
Menerapkan sistem Ecopass yang membatasi pergerakan kendaraan pada area tertentu, berlaku dari hari Senin sampai Jumat, dari pagi sampai sore hari. Kendaraan yang dilarang memasuki area tersebut pada waktu-waktu tadi adalah kendaraan yang menggunakan bahan bakar di bawah standar Euro 3 dan kendaraan yang panjangnya lebih dari tujuh (7) meter. Kota Milan memperoleh manfaat seperti menurunkan kecelakaan di jalan raya sebanyak 21,3% dan meningkatkan rata-rata kecepatan transportasi umum naik 11,8%.
- Lodi, Itali
Investasi 4.5 juta USD untuk menyediakan sarana pedestrian yang mencakup jalanan sepanjang lima blok, memperlebar jalur pejalan kaki, memperbaiki rambu-rambu dan petunjuk di jalan raya. Hasilnya adalah mengundang lebih banyak masyarakat datang sehingga lebih banyak membuka usaha ritel. Terbukti, tingkat kekosongan ritel turun dari 18% ke 6 %). Pada akhirnya meningkatkan pajak sebanyak 30% karena transaksi bisnis yang lebih besar di kawasan tersebut.
- Vancouver, Kanada
Menyediakan sarana transportasi umum yang menjangkau berbagai bagian kota. Tujuannya jelas, yaitu mendorong masyarakat mengutamakan pilihan transportasi dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum, dengan target lebih dari 50% masyarakat bepergian dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum. Pada tahun 2019, survei menunjukkan kalau rata-rata jarak perjalanan menggunakan kendaraan pribadi berkurang sebanyak 37% dari jumlah di tahun 2007.
*Tulisan ini dimuat di BUMN Track Online