Berselancar Di Gelombang Ketidakpastian
Pandemi Covid-19 membawa beragam perubahan kondisi operasional di perusahaan. Dalam survei yang dilakukan PPM Manajemen, ditemukan bahwa lebih dari 60 persen perusahaan di Indonesia telah mengubah operasionalnya dan memaksimalkan kegiatan bisnis jarak jauh.
Perusahaan-perusahaan tersebut juga telah mengembangkan teknologi sistem pemantauan bisnis, seperti business early warning system, maupun pemantauan kesehatan karyawan dan keluarganya. Teknologi diharapkan mampu menjaga ketahanan organisasi dan meminimalkan dampak negatif selama pandemi berlangsung, yang entah sampai kapan akan berakhir.
Di era industri 4.0, sematan teknologi baik yang utama maupun sekunder, menjadi pembeda di mata pelanggan. Kecepatan perusahaan baru dalam mengadopsi teknologi terkini menjadi kekhawatiran perusahaan yang lebih dulu ada. Karenanya, perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi kecepatan perubahan teknologi.
Keterampilan manajerial dalam menghadapi serta mengelola kemajuan teknologi menjadi kompetensi yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan memilih teknologi yang dapat menjadi pendukung produk ataupun nilai tambah produk menjadi suatu hal penting dalam organisasi.
Organisasi harus mampu memahami teknologi yang dibutuhkan oleh pasar dan kemudian memahami cara menyematkannya dalam produk. Teknologi yang disematkan secara tidak sempurna, tidak membuat produk mampu untuk bersaing dalam waktu lama. Kemudian pasar menjadi antipati pada produk meskipun sudah dilakukan pembaruan.
Saat ini terjadi perubahan sikap operasional perusahaan untuk menjadi lebih efisien. Beberapa perusahaan sepakat untuk meningkatkan rasa kehati-hatian dalam berinvestasi. Namun demikian, investasi teknologi tetap merupakan yang dipandang penting. Investasi teknologi salah satunya bertujuan untuk memberikan proses bisnis yang lebih efisien, tidak banyak proses yang merupakan waste.
Kecepatan organisasi dalam merombak proses bisnisnya menentukan tingkat bertahan menghadapi ketidakpastian yang tidak hanya di masa pandemi saja. Beberapa perusahaan kemudian berinvestasi melalui peningkatan kemampuan teknis karyawannya, terutama dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Perusahaan juga mengarahkan karyawannya untuk mendalami manajemen proyek untuk mendukung tindakan perubahan dan pembenahan proses bisnis. Berpikir proyek menjadi dasar pikir operasional di masa depan.
Kecepatan perubahan proses bisnis membawa domino effect pada rantai pasoknya. Keselarasan perlu ada sehingga kecepatan perubahan betul-betul terjadi serta berdampak secara menyeluruh. Mata rantai yang terlambat berubah dapat melemahkan jaringan rantai pasok sampai akhirnya tidak sanggup untuk bertahan.
Kemampuan mengelola rantai pasok, berupa keahlian koordinasi dan penyelarasan irama operasional, membuat dampak negatif ketidakpastian menjadi minimal. Pengelolaan rantai pasok yang baik membuat produk dapat mengalir dengan efektif, sesuai dengan kebutuhan pelanggan, efisien, dan minim biaya.
Pengelolaan rantai pasok juga membutuhkan investasi teknologi. Pada rantai pasok yang panjang dan lebar, adalah tidak cukup apabila hanya mengandalkan teknologi yang biasa. Banyak rantai pasok sudah mulai berinvestasi dengan menerapkan teknologi blockchain dalam jaringannya untuk mencapai kinerja pengelolaan yang efektif dan efisien.
Teknologi tersebut tentunya tidak bisa hanya ‘plug and play’, perlu adanya perubahan pola pikir operasional. Meskipun teknologi blockchain dapat membantu memperbarui database rantai pasok dengan otomatisasi, namun masih membutuhkan pandangan organisasi untuk meninjau kevalidan datanya.
Dari beberapa kondisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masa depan tidak bisa lagi dihadapi dengan pola operasional rutin. Perubahan akan menjadi suatu yang umum dan sering dialami perusahaan, tidak harus menunggu adanya pandemi baru.
Beberapa kemampuan dan keahlian yang utama serta penting di masa mendatang, dan tidak hanya untuk menghadapi pandemi, adalah manajemen proyek, manajemen rantai pasok, process business reengineering, serta pengelolaan teknologi.
Investasi teknologi yang penting dipertimbangkan perusahaan adalah khususnya yang terkait dengan pengelolaan rantai pasok serta otomatisasi proses bisnis. Komunikasi tetap diperlukan namun tidak lagi komunikasi verbal, perlu juga kemampuan berkomunikasi dengan peralatan kerja.
Ibarat gelombang, ketidakpastian akan semakin sering terjadi dengan tingkat yang semakin tinggi. Kurang piawainya perusahaan dalam berselancar ditengah gelombang, membuatnya mudah terhempas di telan lautan. Kemampuan selancar yang baik belum tentu menyelamatkan apabila tidak didukung dengan papan selancar yang tepat. Papan selancar yang sempurna tidak membantu apabila kemampuan peselancar tidak ditingkatkan.
Oleh sebab itu, persiapkan teknologi sebagai papan selancar dan sekaligus, persiapkan perusahaan untuk mampu menunggangi gelombang. Gelombang ketidakpastian tidak untuk ditakuti tapi untuk dinikmati.
*Tulisan ini dimuat di BUMN Track Online