Berkembang sebagai Seorang Follower
Kualitas seorang Leader tercermin dari kualitas Follower-nya.Peran dan kerjasama antara Leader-Follower adalah sama yaitu meningkatkan value bagi organisasi karena keduanya sama-sama diberi kesempatan dan tanggungjawab yang saling mengisi. Keduanya saling menopang, mendukung, dan mengisi kelebihan dan kekurangan masing-masing sesuai porsi tanggungjawabnya.
Ada dua kondisi ketika seseorang menjadi Follower, yaitu karena pilihan (voluntary, memilih bergabung dengan sebuah organisasi dan siap bekerja dari level terbawah), atau karena kewajiban (obligation, sebagai warga negara). Apapun kondisinya, setiap orang adalah Follower, begitu juga ketika dia menjadi pemimpin organisasi memiliki peran untuk mengikuti (Follow) kepentingan organisasi.
Seorang Follower yang baik memiliki 5 karakter (Collins, 2013). Pertama, mampu menerjemahkan visi dan misi organisasi menjadi strategi dan rencana kerja (action plan). Untuk mampu menerjemahkan visi misi ini dibutuhkan kolaborasi antara atasan dan berbagai pihak yang mendukung. Selain itu, dibutuhkan keahlian Follower menempatkan diri sebagai atasan (melihat dalam sudut pandang helicopter view) dan mengombinasikannya dengan kondisi tim dan bawahannya.
Kedua, kemampuan mengeksekusi action plan. Rencana kerja harus diterapkan agar tujuan organisasi terwujud. Pada tahap ini dibutuhkan disiplin dan kerja keras seorang Follower, serta menjalankan tanggungjawab kontrol terhadap eksekusi tersebut.
Ketiga, seorang Follower yang baik adalah mereka yang bekerja dengan passion dan sejalan dengan visi organisasi. Hal ini dapat terlihat dari sikap kerja karyawan.
Keempat, seorang Follower yang baik paham akan budaya (culture) organisasi, termasuk hubungan formal-informal antar karyawan dan jargon-jargon yang merupakan karakter utama organisasi. Hal ini untuk mengkolaborasi dinamika internal organisasi sehingga organisasi terus berjalan maju menuju targetnya.
Kelima, seorang Follower berani bertanggungjawab dari pekerjaan yang dilakukannya, melayani anggota tim dan divisi lain, berpartisipasi dalam perubahan organisasi, dan menjalin hubungan baik dengan pihak internal dan eksternal organisasi. Semua ini demi kebaikan organisasi itu sendiri.
Untuk mencapai 5 karakter Follower yang baik tersebut, ada beberapa tips yang dapat dipelajari (Collins, 2013).
- Pilihlah Atasanmu!
Benar, bukan hanya atasan memilih anggota tim, begitu juga anggota tim dapat memilih atasannya agar dia sendiri berkembang dan mampu berkontribusi lebih baik bagi organisasi. Maknanya adalah bukan dengan memilih di divisi mana seseorang ingin ditempatkan, tapi kita dapat memilih dari siapa kita akan belajar mengelola organisasi. Orang tersebut dapat saja berasal dari divisi lain di organisasi.
Ketika seorang karyawan memiliki atasan yang kurang baik, si karyawan dapat terus bekerja maksimal dan belajar dari atasan di berbagai divisi lain. Di kemudian hari, si karyawan akan menjadi pemimpin tim yang baik (karena belajar dari atasan-atasan lain sebelumnya) atau bahkan dia akan dipindahkan ke divisi yang dipimpin oleh atasan favoritnya.
- Pahami karakter atasanmu!
Pelajari kelebihan dan kekurangannya. Belajar dari kelebihannya dan bekerja maksimum untuk menutupi kekurangannya. Selain bermanfaat bagi keberhasilan tim, atasannya akan memberi nilai lebih kepadanya.
- Mendukung atasan dan memberi masukan.
Bagaimanapun, kepentingan tim dan organisasi adalah prioritas bagi karyawan. Maka seorang Follower (bawahan) harus mendukung kebijakan Leader (pemimpin). Jika ada yang perlu diperbaiki dapat dibahas bersama dalam pertemuan internal. Jangan menyampaikan kekurangan tim dan pemimpin di depan pihak eksternal tim karena akan menjatuhkan pemimpinnya, dan akhirnya akan menjelekkan nama baik tim sendiri.
Bawahan yang sedemikian frontal bukan tidak mungkin akan dihindari oleh pemimpin dari tim/divisi lain di kemudian hari. Ini karena pemimpin dari tim lain akan berpikir kalau dirinya juga akan dipermalukan oleh bawahan tersebut jika merekrutnya. Belum lagi kemungkinan bawahan tersebut malah akan mengacaukan keharmonisan timnya.
Lebih baik konsentrasi pada Follower yang baik dan benar untuk terus maju daripada mengurus Follower buruk agar kembali ‘ke jalan yang benar’. Maka dari itu, di setiap organisasi muncul istilah mana karyawan yang “dibina” dan karyawan yang “dibinasakan”. Ini adalah terjemahan dari Follower mana yang memberi value dan manfaat bagi organisai dan Follower mana yang menjadi penghambat sehingga perlu “dikotakkan”.
*Tulisan ini dimuat di SWA Online